Beranda > Peristiwa > Mubarak, Shah Iran, Politik Apartheid, Raja Farouk dan Misteri 11 Februari

Mubarak, Shah Iran, Politik Apartheid, Raja Farouk dan Misteri 11 Februari

Presiden Mesir Hosni Mubarak akhirnya mengundurkan diri setelah 17 hari berturut-turut di demonstrasi rakyatnya sendiri. Mubarak mundur pada 11 Februari 2011.

“Mubarak memilih tanggal yang tepat untuk mundur,” demikian ulasan Guardian, Jumat.

Apa yang terjadi pada 11 Februari di tahun-tahun yang lalu? 11 Februari rupa-rupanya tanggal yang cukup penting bagi politik sejumlah negara.

Menurut catatan, pada 11 Februari 32 tahun lalu di Iran terjadi revolusi yang juga menggeser Shah Iran dari kursinya. Revolusi Iran menaikkan pemimpin spiritual Ayatollah Khomeini ke kursi pimpinan negara persia tersebut.

Pada tanggal serupa, 21 tahun lalu di Afrika Selatan, pemerintahan apartheid membebaskan tokoh antiapartheid, Nelson Mandela setelah puluhan tahun dipenjara. Bebasnya Mandela memicu serangkaian kejadian di Afsel yang menyatukan dua ras yang tadinya bermusuhan.
Di tanggal ini juga, Raja terakhir Mesir, Farouk, lahir pada 1920. Farouk lahir ketika Mesir berada di bawah protektorat Inggris. Ia sempat berkuasa beberapa tahun sebelum akhirnya pada 1952, sekelompok perwira militer mengadakan kudeta yang dikenal sebagai Revolusi 1952. Farouk disingkirkan, dan mulailah era militer berkuasa di Mesir. Salah satu perwira itu adalah Gamal Abdul Nasser, calon presiden Mesir yang terkenal.

Warga Gaza Turut Merayakan Pengunduran Diri Mubarak

 

Warga Palestina di Gaza melepaskan kembang api dan tembakan ke udara untuk merayakan pengunduran diri Presiden Mesir Hosni Mubarak Jumat. Sementara itu, kelompok Islam Hamas menyerukan penguasa baru Mesir untuk mengubah kebijakannya.

“Pengunduran diri Presiden Mesir Hosni Mubarak adalah awal dari kemenangan revolusi Mesir,” kata juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri. “Kemenangan itu adalah hasil dari pengorbanan dan ketekunan rakyat Mesir.”

Penduduk Gaza mendengar suara tembakan meletus di seluruh kota ketika berita mundurnya Mubarak menyebar. Reuters menuliskan, kembang api menerangi langit Gaza.

Gaza diapit Israel dan Mesir. Kedua negara telah memberlakukan pembatasan ketat pada pergerakan orang dan barang sejak Hamas mengambil alih wilayah itu, menghambat perekonomian Gaza.

“Kami menyerukan kepemimpinan Mesir baru untuk mengambil keputusan segera untuk mengangkat blokade Gaza dan membuka perbatasan Rafah secara permanen untuk memungkinkan pergerakan bebas orang-orang dan agar proses rekonstruksi Gaza segera dimulai,” kata Abu Zuhri.

@republika.co.id

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar